Indeks harga saham gabungan (IHSG) saat penutupan perdagangan
Senin (17-11-2014) tercatat
menguat tipis 0,09% ke level 5.053,94. Sepanjang perdagangan, indeks bergerak
pada kisaran 5.037,04 hingga 5.073,76.
Dari 503 saham yang
diperdagangkan kemarin, sebanyak 153 saham menguat, 141 saham melemah, dan
209 saham stagnan.
Semalam akhirnya berita
kepastian akan Kenaikan harga BBM yang diumumkan langsung oleh Presiden Joko
Widodo pada Senin malam, tentunya berita ininakan direspons pasar pada
perdagangan hari ini.
Di samping itu Bursa Asia
melonjak pagi ini, ditandai dengan kenaikan indesk secara signifikan di bursa
Korsel dan Jepang. Penguatan ini tentunya menjadi sentimen positif bagi IHSG,
di samping respons pasar atas kenaikan harga BBM bersubsidi:
Hari ini selasa IHSG dibuka 5,079.15 (+ 0.50%)
IHSG berakhir di zona hijau pada perdagangan hari ini
(18-11-2014). Pada pukul 16.00 WIB, indeks ditutup di level 5.102,47 atau
menguat 0,96%.
Sektor industri dasar dan bahan
kimia menguat paling tinggi, yakni sebesar 1,46%
Dari 503 saham yang terdaftar
di data Bloomberg, 188 menguat, 111 melemah, dan 204 stagnan.
Bursa Amerika meningkat didorong oleh kinerja saham kesehatan
dan harapan akan penguatan pertumbuhan ekonomi global.
DOW +0,23%; S&P +0,51%;
Nasdaq +0,67%. Jepang dikabarkan akan menunda kenaikan pajak selama 18 bulan
dari rencana awal Okt 2015 dan pasar mengharapkan adanya kebijakan stimulus
lanjutan.
Kenaikan Fed rate pada 2015
diperkirakan akan tergantung dari pencapaian target inflasi. Saat ini inflasi
US 1,4% masih dibawah target 2%-2,5%. Bursa regional pagi ini dibuka meningkat.
IHSG hari ini diperkirakan akan
meningkat menyusul kenaikan BI rate dan harga BBM bersubsidi.
Respon pasar terhadap dua
kebijakan ini cukup positif, terlihat dari kenaikan IHSG kemarin +0,96% dan
penguatan Rupiah menjadi Rp12090. EIDO +2,05%.
BI rate dinaikkan 25 bps
menjadi 7,75% untuk meredam kenaikan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga
premium dan solar, dan untuk fluktuasi rupiah.
Inflasi diprediksi BI akan naik
2,6% menjadi 7,7% pada 2014. Potensi penurunan pertumbuhan ekonomi akibat
kenaikan BI rate akan diimbangi dari peningkatan pengeluaran pemerintah dan
investasi.
Investasi diperkirakan
meningkat seiring turunnya risk Indonesia dan stabilitas makroekonomi yang
lebih baik. BI memprediksi pertumbuhan ekonomi 2014 5,1% meskipun adanya
kenaikan BBM dan 2015 5,4%-5,8%. BOW: WSKT, ADHI, PNBN, ELSA, AKRA, BSDE,
GGRM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar